Wednesday, April 15, 2009

Pentingnya pengendalian suhu aspal

Pengendalian Suhu pada Pengaspalan Jalan
Medan Bisnis Rubrik Khusus 12-02-2009
Oleh Ir Burhan Batubara
Akhir akhir ini, media di Medan selalu menyuguhkan berita tentang semakin banyaknya jalan aspal yang kerusakannya sangat cepat. Baru beberapa bulan diaspal sudah rusak, dst.
Banyak faktor berkontribusi menghasilkan konstruksi jalan aspal bermutu. Namun tulisan ini khususnya hanya menjelaskan betapa pentingnya “temperatur campuran aspal” yang selalu dianggap remeh. Padahal secara teknis hal ini sangat signifikan memengaruhi mutu jalan aspal.
Kekawatiran diremehkannya “temperature aspal“ ini beralasan, ‘hampir tidak pernah lagi terjadi truk aspal proyek yang ditolak di lapangan, apakah benar pelaksanaan pengaspalan saat ini sudah sangat baik, atau sebaliknya?
Di surat kabar sudah terlalu sering melaporkan, ‘pengaspalan jalan dibiarkan berlangsung di saat hujan, baru diaspal sudah rusak, dan malahan masyarakat sudah mengajukan untuk class action. Beberapa pelaksanaan pengaspalan jalan kota yang kebetulan sempat ditemukan, pengaspalan tanpa pengawasan ahli, tanpa pengecekan temperatur, kepadatan, pengaspalan langsung tanpa perbaikan kerusakannya (reinstatement). Padahal sebenarnya persyaratan teknis untuk semua pekerjaan aspal hotmix di jalan umum seyogianya adalah sama.
Sifat Aspal dan Batasan Suhu
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel dan vanadium. Massa molekul aspal bervariasi, dari beberapa ratus sampai beberapa ribu. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar).
Biasanya aspal mengandung 5% sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar. Akibat kepolaran molekul dalam aspal, molekul satu dengan lainnya dapat membentuk jejaring atau kluster seperti polimer dengan massa sampai ratusan ribu.
Adhesi antara aspal dan batu agregatnya juga sangat bergantung dari kepolaran molekul-molekul dalam aspal. Polimer yang terbentuk dalam aspal adalah polimer yang termoplastik, yakni melunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali setelah didinginkan.
Sifat penting inilah yang sebaiknya harus dimanfaatkan dalam pengolahan hotmix untuk jalan. Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat bersifat viskoelastik. Artinya aspal dapat menunjukkan sifat seperti cairan kental dan dapat dengan mudah berubah bentuk.
Sebagai contoh; pada rentang suhu 85-150 derajat Celcius, umumnya aspal cukup encer dan di dalam proses pengolahan berperilaku seolah pelumas atau pelincir di antara butiran kerikil atau agregat dalam campuran aspal panas (hotmix).
Jadi sebenarnya, adonan atau campuran aspal panas dan batu agregat harus diolah pada rentang suhu ini. Pada suhu tertentu campuran aspal ini harus segera digelar/dihampar dipermukaan jalan yang hendak dilapisi untuk selanjutnya dipadatkan dengan jumlah lintasan alat penggilas yang memadai.
Penggilasan untuk pemadatan harus sudah selesai dikerjakan sebelum aspal mendingin di bawah 85 derajat C atau sesuai jenis aspalnya, penghamparan dan penggilasan aspal akan sulit dilakukan. Dan jika penggilasan masih diteruskan di bawah suhu ini, maka sesama batu agregat di dalam campuran aspal sudah mulai melekat dan tidak mampu lagi bergerak mencari tempat untuk saling mengunci (interlocking).
Jika terus digilas, maka sesama batu agregat akan saling menindas dan kemungkinan pecah, dan atau akan terjadi permukaan lapis atas perkerasan aspal akan kasar berbentuk agregat tidak rata.
Indikasi Adanya Oplosan Aspal
Akibat kurangnya pengawasan, bagi pelaksana nakal, ada peluang untuk menghindari risiko anjloknya suhu aspal dan berakibat sulit penghamparan dan pemadatan, campuran tetap terkesan hitam merata walau kurang aspal dan sambil mengirit aspal/bitumen; ditengarai telah memicu terjadinya pengoplosan aspal bitumen. Sebenarnya kadar bitumen ini dapat terlihat pada laporan kadar aspal ekstraksi sesuai lazimnya standar pengujian untuk pendukung pembayaran pekerjaan aspal.
Pengaspalan pada saat hujan atau pada temperatur aspal yang rendah di bawah persyaratan, permukaan aspalnya akan terlihat seperti ini; jika habis hujan lokasi tersebut tampak lebih lambat kering (tetap basah/lembab) tidak kedap air sehingga masih banyak menyerap air.
Walaupun lapis perkerasan aspal ini akan tampak lebih tebal (lihat sketsa), namun dipastikan kerapatan (kepadatannya) tidak dapat memenuhi persyaratan spesifikasi, lokasi seperti ini tidak dapat dibayar sebelum dibongkar dan diperbaiki.
Penggilasan di Bawah Suhu
Penggilasan untuk pemadatan dimaksudkan untuk meningkatkan kontak antar-agregat dengan aspal dan saling mengunci antara agregat (interlocking), mengoptimumkan lubang-lubang udara dalam bagian perkerasan jalan, dan memuluskan lapis permukaan jalan (surfacing).
Peningkatan kontak antar-agregat dan aspal akan meningkatkan kestabilan dan kekuatan lapis perkerasan jalan. Lubang udara (void) dalam lapis perkerasan aspal harus optimum. Karena kalau terlalu banyak lubang udara akan menyediakan tempat merembesnya air dan mengurangi kekuatan ikatan. Namun demikian, kalau tidak ada lubang udara sama sekali lapis perkerasan jalan akan mudah pecah/retak akibat sukarnya lapis perkerasan aspal memuai disaat cuaca terik matahari kemudian hari.
Air dapat menurunkan usia layanan perkerasan jalan aspal. Akibat air merembes masuk ke dalam badan jalan, lapis pondasi jalan melemah dan mengakibatkan permukaan perkerasan aspal juga dapat bergelombang selain itu ikatan antara agregat pada lapis perkerasan aspal menjadi mudah lepas lepas.
Selain niat baik dan kemampuan penyelenggara jalan, faktor penting menuju pekerjaan jalan aspal berkualitas, antara lain;
a. Ketepatan perencanaan sesuai kondisi lapangan; perlunya perbaikan kerusakan perkerasan sebelumnya, lapis pondasi dan drainase, prediksi volume dan beban lalulintas. Semua negara kecuali Qatar, konstruksi jalannya didesain dengan batasan muatan sumbu terberat. Di Indonesia jalan umumnya masih didesain maksimal dengan Muatan Sumbu Terberat (MST) 8,2 ton, kecuali jalan tol MST 10 ton.
b. Kualitas bahan-bahan yang sebenarnya digunakan; karakteristik setiap material sendiri (pasir, batu split, aspal) dan setelah menjadi campuran.
c. Terpenuhinya persyaratan pelaksanaan di lapangan; hal ini biasanya diawali apakah terpilih penyedia jasa yang mampu dan berkompeten. Sebaik apapun faktor di atas tetap tidak akan mampu menghasilkan kualitas yang baik, jika pelaksanaan di lapangan tidak sesuai prosedur pelaksanaan seperti dipersyaratkan.***
Penulis adalah Sekretaris HPJI Sumut

No comments:

Post a Comment