Written by Yuni
Thursday, 10 September 2009 09:26
Korban banjir berniat menggugat Pemko Medan. Buruknya infrastruktur kota dianggap menjadi biang keladi musibah yang telah merenggut nyawa keluarga mereka.
"Kami akan gugat masalah ini ke Pemko. Bukan karena uang. Tapi tidak ingin ada korban lainnya lagi, cukup anak kami," ujar Arman (49), kepada Global di kediamannya Jalan GB Yosua Gang Family Medan, Rabu (9/9) siang.
Arman adalah ayah almarhum M Teguh Purnomo, korban tewas karena tergelincir terseret arus banjir di kawasan Jalan Gatot Subroto Medan, Sabtu (4/9) lalu.
Didampingi Suarni (47), sang isteri, Arman mengaku mulai mengikhlaskan kepergian sang anak sulung dari dua bersaudara itu. Namun, keluarga menilai, penyebab meninggalnya Teguh, bukan murni hanya hanyut di tengah banjir, namun karena jalan yang rusak tidak kunjung diperbaiki. “Karena itu Pemko Medan ikut bertanggungjawab,” ujar Arman.
Menurut Arman berdasarkan cerita saksi mata, anaknya jatuh ke dalam sungai karena terjeblos ke dalam badan jalan samping Universitas Panca Budi, yang rusak.
“Dia tidak menyangka bila yang dilewatinya adalah lubang. Akhirnya, karena kaget dan kurang keseimbangan, membuat Teguh terperosok ke dalam sungai,” ujarnya.
Niat Arman menggugat Pemko Medan sudah bulat, karena dia yakin, puteranya bukan semata-mata korban dampak banjir. Senua itu karena jalan rusak dengan lubang mengaga.
Ini sinkron dengan hasil penyelidikan polisi yang menyimpulkan, kematian Teguh karena hanyut pasca banjir melanda Kota Medan.
"Dia meninggal karena hanyut pasca banjir," kata Kanit Reskrim Polsek Helvetia Iptu Zulkifli Harahap, kemarin.
Tidak Ada Pembatas
Jalan alternatif yang dilalui Teguh merupakan jalan pintas menghubungkan tiga kecamatan, yakni Medan Baru, Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Helvetia.
Jalan yang lebar hanya 2 meter dan panjangnya kurang dari satu kilometer itu memiliki 11 tikungan.
Ironisnya, di sepanjang jalan tikungan itu kondisi jalannya rusak. Tak hanya itu, hampir di sepanjang jalan tersebut lampu jalannya tidak berfungsi. Celakanya lagi, meski jalan di pinggir sungai, namun tidak memiliki pembatas antara jalan dengan sungai.
Alwi (33) warga Gang Masjid tidak jauh dari lokasi kejadian mengakui, ada sebuah tikungan tepatnya di belakang Universitas Panca Budi yang jalannya rusak dan longsor ke sungai. "Kemungkinan besar korban terperosok di jalan yang longsor itu," terangnya.
Menurut Alwi, jalan longsor yang juga berada di tikungan itu memang rawan, karena selain longsor di sekitar jalan tersebut juga rusak sehingga bagi pengguna jalan yang tidak hati-hati bisa-bisa masuk ke dalam sungai. "Kami minta Pemko Medan untuk segera memasang pagar pembatas di tepi sungai itu," harapnya.
Teguh, hanyalah satu dari sejumlah korban buruknya infrastruktur jalan di Kota Medan, mulai dari yang terjerembab ke dalam lubang jalan yang menganga, menabrak pembatas jalan tanpa pengaman sampai banjir karena buruknya drainase. Namun para korban pasrah karena menganggap bukan bagian tanggungjawab Pemko Medan.
Kepala Dinas Bina Marga Medan, Gindo M Hasibuan menampik warga hanyut karena banjir kesalahan dari pihaknya. "Nggak bisa dong. Itu bukan urusan kita. Kejadian itu merupakan naas belaka, dan pihak keluarga diharap mengerti," kata Gindo.
Disebutkannya rencana gugatan dari pihak keluarga, akan berurusan dengan bagian hukum Pemko Medan. "Biar sajalah, kan ada bagian hukum kita. Yang kita kerjakan, bagaimana membuat kota Medan menjadi lebih baik. Itu saja," terangnya.
YUNI-YUSRIZAL-DEDI-EDWARD GLOBAL MEDAN
Wednesday, September 9, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment